Kamis, 30 Juni 2016

Candy Pop Lidah Kucing / Katetong

sumber:  http://www.blueband.co.id/
Next recipe....
Bahan - Bahan:
1. Bahan Utama
  • Blue Bland Cake and Cookie 500 gr
  • Gula halus 375 gr
  • Putih telur 150 gr
  • Kuning telur 1 butir
  • Tepung terigu serbaguna 500 gr
  • Baking powder 8 gr
2. Bahan DEKORASI
  • Cokelat masak pekat, lelehkan secukupnya 
  • Cokelat masak putih, lelehkan secukupnya
Langkah Penyajian:
  1. Kocok Blue Band Cake & Cookie, gula, dan kuning telur hingga lembut. Masukkan putih telur, kocok rata.
  2. Tambahkan tepung terigu dan baking powder, kocok rata.
  3. Masukkan adonan ke dalam plastik segitiga, lalu lubangi ujungnya.
  4. Di atas cetakan katetong yang telah diolesi Blue Band Cake & Cookie, semprotkan adonan katetong.
  5. Panggang di dalam oven panas bersuhu 180°C hingga matang. Angkat dan dinginkan.
  6. Masukkan cokelat untuk dekorasi ke dalam plastic segitiga. Lubangi ujungnya. Hias sesuai selera. Biarkan hingga cokelat mengeras sebelum menyimpan di dalam stoples.
  7. DEKORASI : Lelehkan cokelat dengan cara di tim. 
Sumber: Blue Band 

Candy Pop Kue Kacang

sumber:  http://www.blueband.co.id/
Next recipe....

Bahan - Bahan:

1. Bahan Utama 
  • Blue Band Cake and Cookie 250 gr
  • Selai kacang 300 gr
  • Gula halus 400 gr
  • Telur ayam 2 butir 
  • Tepung terigu serbaguna 300 gr 
  • Baking powder 1 sdt 
  • Kacang tanah kupas, sangrai, haluskan 150 gr 
2. Bahan Dekorasi 
  • Air jeruk Lemon 2 sdm 
  • Gula Halus 150 gr 
  • Pewarna makanan ungu, pink, kuning, dan hijau muda secukupnya 
  • Kacang tanah secukupnya
  • Putih Telur Ayam 1 butir
Langkah Penyajian:
  1. Kocok Blue Band Cake & Cookie, selai kacang, dan gula hingga lembut. Masukkan telur, kocok rata.
  2. Masukkan tepung, kacang, dan baking powder, aduk rata. Simpan di dalam lemari es selama 15 menit. 
  3. Pipihkan adonan lalu potong sesuai selera dengan menggunakan cookie cutter (lingkaran, bintang, kotak, dll). Panggang di dalam oven panas bersuhu 170°C hingga matang. Angkat. Dinginkan.
  4. DEKORASI ICING : Kocok putih telur dan air jeruk lemon hingga mengembang. Masukkan gula, kocok hingga kaku. Bagi adonan menjadi 4 lalu beri warna.
  5. Setelah cookie dingin, olesi permukaannya dengan icing lalu taruh kacang tanah diatasnya. Ulangi pada semua cookie. 
Sumber: Blue Band 

Candy Pop Kastengel


sumber:  http://www.blueband.co.id/
Next recipe....

Bahan - Bahan:
1. Bahan Utama  
  • Blue Band Cake and Cookie 125 gr 
  • Kuning Telur 2 butir 
  • Keju Edam (parut) 100 gr 
  • Keju Gauda (parut) 100 gr 
2. Bahan Ayak Bersama 
  • Tepung Terigu 150 gr 
  • Tepung Maizena 25 gr 
  • Baking Powder 1/4 sdt 
3. Bahan EGG WASH 
  • Telur 1 butir 
  • Susu Segar 1 sdm 
4. Bahan Kreasi Candy Pop 
  • Pewarna makanan 
  • White chocolate, tim hingga leleh 
  • Dark chocolate, tim hingga leleh Meises warna warni

Langkah Penyajian:
  1. Kocok Blue Band Cake and Cookie dan kuning telur hingga putih dan mengembang.
  2. Masukkan semua bahan, tambahkan 4 tetes pewarna makanan (optional), lalu aduk rata. Panaskan oven 180°C. Bungkus dengan plastik dan simpan dalam lemari es selama ± 30 menit.
  3. Cetak adonan dengan cetakan kastengel, olesi dengan egg wash. Panggang dalam oven panas bersuhu 180°C selama ± 25 menit.
  4. EGG WASH : Campur telur, dan susu segar. Aduk hingga merata. 
Sumber: Blue Band 

Candy Pop Snow

sumber:  http://www.blueband.co.id/
Next recipe.....
Bahan - Bahan: 
1. Bahan Utama 
  • Blue Band Cake and Cookie 200 gr 
  • Gula halus 70 gr 
  • Tepung terigu 200 gr 
  • Tepung maizena 50 gr 
  • Baking powder 1/4 sdt 
  • Keju Edam (parut) 75 gr 
  • Keju Cheddar (parut) 50 gr 
  • Kuning telur 2 butir Kacang kenari (cincang) 50 gr
2. Bahan Dekorasi 
  • Cokelat putih batangan 
  • Gula sprinkle warna-warni
Langkah Penyajian:
  1. Kocok Blue Band Cake and Cookie dan gula halus hingga putih dan mengembang.
  2. Campur tepung terigu, maizena, dan baking powder, ayak dan sisihkan.
  3. Tambahkan keju dan kuning telur ke dalam campuran Blue Band Cake and Cookie, kocok hingga merata.
  4. Masukkan campuran tepung dan kenari, aduk rata sebentar.
  5. Simpan adonan dalam kulkas selama +/- 30 menit.
  6. Lalu giling adonan setebal 6 mm dan cetak menggunakan cetakan bulan sabit.
  7. Tempatkan di atas loyang yang telah diolesi Blue Band Cake and Cookie dan dialasi kertas roti.
  8. Panggang dalam oven selama +/- 25 menit dengan suhu 175-180°C. Dinginkan.
  9. Dekorasi: Potong kecil-kecil cokelat putih, tempatkan dalam mangkok. Lelehkan cokelat dengan cara di-tim.
  10. Celupkan kue satu persatu ke dalam cokelat putih, tempatkan di atas loyang yang telah dialasi kertas roti yang bersih.
  11. Saat cokelat putih separuh membeku, taburkan serpihan gula warna-warni di atasnya dan diamkan hingga cokelat membeku.
Sumber: Blue Band 

Almond Celup Coklat Cookies

sumber:  http://www.blueband.co.id/
Humm,, bingung mau bikin camilan ringan atau lagi bingung cari resep buat ngisi toples lebaran? Sama dong, hehe. Berikut ini resep cookies yang enak dan gampang buatnya, sudah saya coba dan te-o-pe-be-ge-te hasilnya ^_^.

Bahan - Bahan:
  1. Blue Band Cake & Cookie 150 gr 
  2. Tepung terigu protein sedang 200 gr 
  3. Gula halus 50 gr 
  4. Almond (sangrai, cincang kasar) 75 gr 
  5. Kuning telur 2 butir 
  6. Trimist 3 sdm Cokelat masak pekat (tim hingga leleh) 100 gr
Langkah Penyajian:
  1. Kocok 100 gram margarin Blue Band Cake & Cookie dan gula halus hingga lembut. Aduk dengan sendok kayu.
  2. Tambahkan tepung terigu, aduk hingga rata.
  3. Masukkan almond sedikit demi sedikit.
  4. Gilas adonan setebal 0,5 cm. 
  5. Cetak bentuk bintang atau sesuai selera.Atur adonan di atas loyang bersemir margarin Blue Band Cake & Cookie. Panggang dalam oven dengan suhu 160ÂșC selama 30 menit. 
  6. Celupkan sebagian kukis ke dalam cokelat leleh, taburi dengan trimist. Sajikan. 
Sumber: Blue Band

Resume Materi Prosedur Evaluasi Pembelajaran _ Belajar & Pembelajaran


Dalam program pembelajaran, kita perlu memperhatikan tujuan pembelajaran, materi ,dan metode sehingga proses pembelajaran akan lebih optimal. Hal lain yang tidak kalah penting adalah evaluasi terhadap program pembelajaran agar bisa mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan dan untuk mengetahui efektifitas program pembelajaran yang digunakan.

Pelaksanakan evaluasi harus mengacu pada prosedur yang ada. Prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan. Oleh karena itu prosedur evaluasi pembelajaran sangat diperlukan.

Prosedur evaluasi pembelajaran adalah tahap-tahap didalam melakukan kegiatan evaluasi pada pembelajaran yang dimulai dari memfokuskan evaluasi pembelajaran, mendesain evaluasi pembelajaran yang didalamnya terdapat penyusunan rancangan dan instrumen, mengumpulkan data dan informasi, menganalisis data dan informasi, mengelola evaluasi pembelajaran, melaporkan hasil evaluasi pembelajaran hingga menggunakan evaluasi pembelajaran.

Arikunto dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:227-231) membagi prosedur evaluasi pembelajaran menjadi lima tahapan yakni:

1. Penyusunan Rancangan
Untuk memperjelas penyusunan rancangan evaluasi pembelajaran, akan diuraikan secara singkat tiap-tiap langkah kegiatannya :
  • Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan/atau rasional penyelenggaraan evaluasi.
  • Problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang akan dicari jawabannya baik secara umum maupun terinci.
  • Tujuan evaluasi merupakan rumusan yang sesuai dengan problematika evaluasi pembelajaran, yakni perumusan tujuan umum dan tujuan khusus.
  • Populasi dan sample, yakni sejumlah komponen pembelajaran yang dikenai evaluasi pembelajaran dan/atau yang dimintai informasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran.
  • Instrumen adalah semua jenis alat pengumpulan informasi yang diperlukan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam evaluasi pembelajaran.
  • Sumber data adalah dokumen, kegiatan, atau orang yang dapat memberikan informasi atau data yang diperlukan.
  • Teknik analisis data, yakni cara/teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang disesuaikan dengan bentuk problematika dan jenis data.

2. Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah penyusunan instrumen adalah :
  • Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
  • Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrument yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan.
  • Membuat butir-butir instrument evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi, dan
  • Menyunting instrumen evaluasi pembelajaran yang meliputi: mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah pengolahan data, menuliskan petunjuk pengisian dan indentitas serta yang lain, dan membuat pengantar pengisian instrument.
3. Pengumpulan Data
 Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik pengumpulan data diantaranya :

a) Kuesioner,
b) Wawancara,
c) Pengamatan,
d) Studi Kasus.

4. Analisis Data dan Informasi
Dalam kegiatan evaluasi pemebelajaran, analisis data yang paling banyak dilaksanakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang ditunjang oleh data-data kuantitatif hingga menghasilkan informasi yang berguna.

5. Penyusunan Laporan
Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok berikut:
a. Tujuan evaluasi,
b. Problematika,
c. Lingkup dan Metodologi evaluasi pembelajaran,
d. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran,
e. Hasil evaluasi Pembelajaran.

Sementara Arifin (2010:88-114) menjelaskan tahapan prosedur mengebangkan evaluasi sebagai berikut

a. Perencanaan Evaluasi
Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal. Perencanaan ini penting bahkan mempengaruhi prosedur evaluasi secara menyeluruh. W.James Propham (1974) mengemukakan “maksud perencanaan evaluasi adalah untuk memfasilitasi pengumpulan data, sehingga memungkinkan membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh sebuah efek atau yang muncul di luar program, praktik, atau kebijakan yang di teliti”

Robert H Davis, dkk (1974) mengemukakan tiga kegunaan dari perencanaan evaluasi, yaitu:
  • Perencanaan evaluasi membantu Anda untuk mengetahui apakah standar dalam menyatakan sikap atau perilaku telah mencapai sasaran atau tidak, jika demikian sasaran akan dinyatakan ambigu dan Anda akan kesulitan merancang tes untuk mengukur prestasi siswa;
  • Perencanaan evaluasi adalah proses awal yang dipersiapkan untuk mengumpulkan informasi yang tersedia;
  • Rencana evaluasi menyediakan waktu yang cukup untuk mendesain tes. Untuk merancang sebuah tes yang baik memerlukan persiapan yang cermat dan kualitas tes biasanya membaik jika dirancang dengan cara tidak tergesa-gesa. Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan konprehensif sehingga perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya dengan menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral objective)atau indikator yang akan dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu yang tepat.
b. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Artinya tujuan evaluasi, model dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instrumen evaluasi, sumber data, semuanya sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan evaluasi yang pelaksanaannya bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data dan sebagainya.

c. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi
Monitoring dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah ditetapkan atau belum, dengan tujuan untuk mencegah hal-hal negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring mempunyai dua fungsi pokok, yaitu:
  1. Melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencaan evaluasi;
  2. Melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi dengan mencatat, melaporkan dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya.
Dalam pelaksanaannya dapat digunakan teknik:
  • Observasi partisipatif;
  • Wawancara bebas atau terstruktur;
  • Studi dekumentasi. Hasil dari monitoring dapat dijadikan landasan dan acuan untuk memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya.
d. Pengolahan Data
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi yang berbentuk kualitatif diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil evaluasi yang berbentuk kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan statistika deskriptif maupun statistika inferensial.

Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil penelitian, yaitu:
  1. Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh perserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis alat bantu yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi
  2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma tertentu
  3. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau angka
  4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengatahui derajad validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran sola (difficulty index) dan daya pembeda
e. Pelaporan Hasil Evaluasi
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi antara sekolah, peserta didik dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang harmonis. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
  1. Konsisten dengan pelaksanaan nilai di sekolah
  2. Memuat perincian hasil belajar peserta didik beradasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi perkembangan peserta didik;
  3. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar; 
  4. Mengandung berbagai cara dan strategi berkomunikasi;
  5. Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif dan akurat.
Laporan kemajuan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:
  1. Laporan prestasi mata pelajaran, yang berisi informasi tentang pencapaian komptensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi peserta didik dilaporkan dalam bentuk angka yang menunjukkan penguasaan komptensi dan tingkat penguasaannya;
  2. Laporan pencapaian, yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui berbagai kegiatan, baik intra, ekstra dan ko kurikuler.
f. Penggunaan Hasil Evaluasi
Salah satu pengguanan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan yang dimaksudkan untuk memberikan feedbackkepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Remmer (1967) mengatakan “kita bahas di sini penggunaan hasil untuk membantu siswa memahami diri mereka lebih baik, menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan murid kepada orang tua dan membantu guru dalam perencanaan instruksi”.

Julian C. Stanley dalam Dimyati dan Mudjiono (1994) mengemukakan ”hanya apa yang harus dilakukan, tentu saja, tergantung pada tujuan program”. Secara umum terdapat lima penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan sebagai berikut :
  1. Laporan Pertanggungjawaban, dengan asumsi banyak pihak yang berkepentingan terhadap hasil evaluasi, oleh karena itu laporan ke berbagai pihak sebagai bentuk akuntabilitas publik
  2. Seleksi, dengan asumsi setiap awal dan akhir tahun terdapat peserta didik yang masuk sekolah dan menamatkan sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dimana hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi baik ketika masuk sekolah/jenjang atau jenis pendidikan tertentu, selama mengikuti program pendidikan, pada saat mau menyelesaikan jenjang pendidikan, maupun ketika masuk dunia kerja
  3. Promosi, dengan asumsi prestasi yang diperoleh akan diberikan ijazah atau sertifikat sebagai bukti fisik setelah dilakukan kegiatan evaluasi dengan kriteria tertentu baik aspek ketercapaian komptensi dasar, perilaku dan kinerja peserta didik.
  4. Diagnosis, dengan asumsi hasil evaluasi menunjukkan ada peserta didik yang kurang mampu menguasai kompetensi sesuai dengan kriteria yang yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan diagnosis untuk mencari faktor-faktor penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam menguasai komptensi tertentu sehingga diberikan bimbingan atau pembelajaran remedial. Bagi yang telah menguasai kompetensi lebih cepat dari peserta didik yang lain, mereka juga berhak mendapatkan pelayanan tindak lanjut untuk mengoptimalkan laju perkembangan mereka.
  5. Memprediksi Masa Depan Peserta Didik, tujuannya adalah untuk mengetahui sikap, bakat, minat dan aspek-aspek kepribadian lainnya dari peserta didik, serta dalam hal apa peserta didik diangap paling menonjol sesuai dengan indikator keunggulan, agar dapat dianalisis dan dijadikan dasar untuk pengembangan peserta didik dalam memilih jenjang pendidikan atau karier pada masa yang akan datang. 

Sumber belajar:
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta
Budiningsih, C Asri. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Baharudin & Wahyuni. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Ar Ruz Media.
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Populer. Yogyakarta: Diva Pers
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
dll

Teori Belajar - Tugas Belajar & Pembelajaran

· Teori Belajar Behavoiristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adannya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar metupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan kelluaran atau output yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk menbantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.

Faktor lain yang juga dianggap penting penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulny respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.

Misalnya, bila peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinga respon.

Tokoh-tokoh aliran beavioristik diantaranya adalah Thorndike, Watson, Carlk Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner. Pada dasarnya para penganut aliran bhavioristik setuju dengan pengertian belajar di atas, namun ada perbedaan beberapa pendapat diantara mereka.

· Teori Belajar Humanistik

Dalam teori humanistik, lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.

Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas

Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
  • Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
  • Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
  • Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
  • Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
  • Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
  • Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

· Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif dianut oleh pakar-pakar, seperti Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut teori ini, ada hal yang lebih penting dari sekadar hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak dan melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi melalui pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah dimiliki dan terbentuk dalam pikiran berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya.

Dalam penerapan teori belajar kognitif, kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar amat diperhitungkan agar aktivitas belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa. Prinsip-prinsip belajar yang dianut adalah berikut ini.
  • Siswa mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu sampai mencapai kematangan kognitif seperti orang dewasa.
  • Pembelajaran perlu dirancang agar sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.
  • Agar proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi, siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam belajar.
  • Pengalaman atau informasi baru perlu dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa untuk menarik minat dan meningkatkan retensi.
  • Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.
  • Perbedaan individual antarsiswa perlu diperhatikan dalam rangka mencapai keberhasilan belajar.
Gagasan antarpakar tentang implementasi teori kognitif dalam pembelajaran agak bervariasi. Berikut ini ditampilkan langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget.
  • Guru menentukan tujuan pembelajaran.
  • Guru memilih materi pelajaran dan menentukan topik-topik yang dapat dipelajari secara aktif.
  • Guru menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik, seperti penelitian, pemecahan masalah, diskusi, simulasi, dsb.
  • Guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.
· Teori Belejar Konstruktivistik

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8).