Minggu, 21 Februari 2016

About Niat

Bismillaahirrohmaanirrohiim..

Assalamu'alaykum saudara saya. Apa kabar imanmu hari ini?

Hai hai, semuanya bisa buat nasi goreng? Oke, bisa buat telur dadar? Sip, bisa buat rendang? Nah, buat yang bisa, coba sebutin apa hal pertama yang harus kita siapin untuk membuat rendang? Daging? Bumbu rendang? Santan? Minyak sayur? Garam? ladida ladida.. Hemm, ada jawaban lain nggak? Yups, jawabannya niat. Loh kok? Iya, kalau niatnya nggak lurus, bisa-bisa putar haluan, dari pengennya buat rendang, eh malah jadi buat steak, mungkin bakal buat sayur lodeh, atau malah nggak jadi masak, hehe.

Niat menurut bahasa berarti maksud, hajat, tujuan, sedangkan menurut istilah adalah menyengaja sesuatu beserta dengan pekerjaannya dan letaknya berada di dalam hati. Al Baidhaawy juga menjelaskan bahwa niat itu merupakan ibarat dari gerak hati terhadap sesuatu yang dilihatnya serta yang sesuai dengan tujuannya baik dalam menimbulkan kemanfa'atan maupun dalam menghilangkan kemelaratan. Adapun menurut syara' niat adalah kehendak/kemauan terhadap sesuatu amal perbuatan untuk mencari keridhoan Allah Ta'ala dan memenuhi keputusan-Nya serta menta'ati perintah-Nya. Allah SWT berfirman yang artinya:

"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan di akhirat." 
(Q.S. Asy-Syu'ara:20)

Dari Umar bin Khaththab R.A., dan Nabi SAW bersabda, "Seluruh amal perbuatan itu tergantung dengan niatnya. Dan bagi seseorang apa yang dilakukannya, bagaimana yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia maka ia akan memperoleh (dari apa yang diniatkan) atau hijrahnya karena wanita maka ia akan mengawininya. Maka hijrahnya itu tergantung kepada apa yang ia hijrah (niatnya)." (H.R Bukhari)

Niat merupakan pokok dasar dari segala amal perbuatan dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan ikhlas. Apabila niat tidak disertakan dengan keikhlasan maka niat itu akan sia-sia begitu pula sebaliknya.

"Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata." (H.R. Abu Daud dan Nasa'i)

Dengan niat, dapat dibedakan ibadah yang satu dengan lainnya, begitu pula mana yang ibadah dan mana yang bukan. Oleh karena itu, seseorang yang akan berniat mengerjakan suatu amal perbuatan hendaklah berhati-hati dan memahami lebih dahulu hukum amal perbuatan yang akan dikerjakan tersebut. Untuk menumbuhkan niat yang ikhlas dapat dilakukan dengan mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam kehidupan, menambah pengetahuan tentang Allah SWT dan hari kiamat, memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an, memperbanyak amal rahasia, menghindari/mengurangi saling memuji, berdo'a agar selalu diberi keikhlasan dan dijauhi dari syirik, menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah, memerangi kesenangan hawa nafsu dunia, dan menyadari bahwa segala aspek kegiatan seorang muslim adalah ibadah.

Hal-hal yang mendukung keihlasan yakni ilmu yang mantap (22:54), berteman dengan orang yang ikhlas (18:28), membaca sejarah orang-orang mukhus, bersungguh-sungguh melawan nafsu, serta berdo'a dan memohon pertolongan kepada Allah. Adapun buah dari keikhlasan adalah ketenangan jiwa, kekuatan ruhani, amal yang berkesinambungan, tetap memperoleh pahala sekalipun belum menyempurnakan amal tersebut atau bahkan belum menunaikannya, serta pertolongan dan perlindungan Allah, aamiin.

Wah, ternyata niat itu memang pokok asasi dari setiap perbuatan ya? Agar setiap perbuatan kita bernilai ibadah yuk sama-sama perbaiki niat ^_^

Walloohu a'lam bishshowaab..

Referensi:
Sunarto, Achmad., Noor, Syamsudin. 2005. Himpunan Hadits Shahih Bukhari. Jakarta: Annur Press.
Muhtadim. 2004. Mutiara Hadits Shohih Muslim. Surabaya: Putra Pelajar.
..... 2011. Buku Pedoman Mentoring. Palembang: BSOM & NADWAH

0 komentar:

Posting Komentar