Rabu, 22 Juni 2016

Menggali, Melatih, dan Mengembangkan Potensi Anak

Next... Resume materi ke-3. Lanjutan dari materi 1 (PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA) dan materi 2 (MENJADI ORANG TUA IDEAL) (kalau baca lagi ^_^). Mohon maaf sekali lagi, hanya bisa share sedikit, karena keterbatasan ilmu dan pengalaman saya (ups), hehe.

Menggali, Melatih, dan Mengembangkan Potensi Anak
Oleh: Dra. Rukiyah, M.Pd.

Paradigma Single Intelligence
Nilai rapor beberapa siswa salah satu SD:

No.
Mata Pelajaran
Dian
Santi
Ali
Agung
1.
Matematika
10
6
5
6
2.
Sains
9
6.5
4
6
3.
Sosial
8.5
5
4.5
5
4.
Olah Raga
5
8.5
7
10
5.
Bahasa Indonesia
6
8
9.5
8
6.
Seni Rupa
5
9
7
7.5
Nilai Rata-rata
7.25
7.17
6.17
7.08

Siapa yang paling cerdas? Apa? Dian? Bagaimana dengan Agung yang nilai mata pelajaran olah raganya perfect, atau Ali dengan nilai bahasa indonesianya yang excelent, juga santi boleh juga tuh untuk mata pelajaran seni rupa.

Apa sebenarnya pengertian cerdas?

Hasil riset Horward Garner “The Frames of Mind”:
  • Umumnya orang mengartikan cerdas adalah orang yang mempunyai intelegensia antara 111-130, yakni berdasarkan hasil tes intelegensia yang diciptakan era tahun 1970.
  • Sedangkan menurut riset yang Gardner lakukan selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa IQ (kecerdasan intelegensia) hanyalah salah satu bentuk kecerdasan yang disebut kecerdasan logis matematis.
Perhatikan penggolongan kecerdasan pada Single Intelligence Theory:

Hasil Tes Kecerdasan (IQ Test)
Penggolongan
Keterangan
0-50
Idiot/Imbicile (cacat mental)
Kelainan fungsi otak
51-70
Moron (keterbatasan mental)
71-90
Dull Witted (lambat/lemot)
91-110
Normal
Fungsi otak sehat
111-130
Cerdas (anak pandai)

Bukti-bukti ketidaksesuaian teori atau tes IQ:
  1. Thomas Alfa Edison: dikeluarkan dari SD karena dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah atau sekarang dikenal dengan lambanbat (dull-witted), dengan kerja keras ibunya, Mrs.Nancy Alliot, Thomas nerhasil menjadi seorang ilmuwan jenius dengan penemuan terbesar “lampu pijar” dan lebih dari 1.200 penemuan lainnya.
  2. Leonardo Davinci: dinyatakan sebagai siswa yang lambat menangkap dan hingga akhir hayatnya tidak mampu menghafal alfabet A sampai Z, dengan lukisan yang diberi judul “Monalisa”, dunia menjadikannya sebagai seorang maestro (jenius) dalam dunia seni lukis. LdV sangat unggul di Kecerdasan Sosial dan Kinestetis, tapi sangat lemahdalam kecerdasan bahasa.
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences): diperkenalkan oleh Prof. Howard Gardner, psikolog dan professor utama di Cognition dan Education, Harvard Graduate School of Education dan proffesor di bidang Neorologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya.

Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak: 
  1. Faktor biologis (keturunan/genetis, luka/cedera otak sebelum, selama, dan sesudah kelahiran), 
  2. Sejarah hidup pribadi (pengalaman dengan ortu, teman sebaya, kawan-kawan dan orag lain, baik yang membangkitkan maupun menghambat pengembangan kecerdasan), 
  3. Latar belakang kultural dan historis (waktu dan tempat dilahirkan dan dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis/kultural di tempat-tempat lain)
Berikut ini 8 kecerdasan dasar tersebut: 1. Logis matematis, 2. verbal linguistik, 3. visual spasial, 4. kinestetis/olah tubuh, 5. naturalis, 6. musikal, 7. intrapersonal/kepribadian, 8. interpersonal/sosial.

Enam elemen dasar kecerdasan majemuk: 
  1. Kecerdasan adalah seperti sebuah berlian. 
  2. Tiap anak memiliki 8 kecerdasan dasar dan siap digali da ikkembangkan, yang berfugsi bersamaan dengan cara yang berbeda. Ada yang memiliki tingkatan sangat tiggi pada semua kecerdasan, ada yang cenderung rendah pada semua tingkatan. 
  3. Umumnya anak mempunyai 1-3 kombinasi kecerdasan unggul dan hanya sedikit orang yang mempunyai keunggulan di hampir semua kecerdasan. 
  4. Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan (simultan) dengan cara yang kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri. Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. 
  5. Tiap anak dapat mengembangkan setiap kecerdasannya hingga mencapai tigkat tertinggi melalui latihan dan pengasahan yang terus menerus serta dukungan dari lingkungannya. 
  6. Kecerdasan unggul dapat memiliki spesifikasi yag sangat khusus dalam 1 wilayah kecerdasan
Apa yang harus dilakukan?

Keluarga sakinah dengan 6 kebahagiaan: material, seksual, moral, intelektual, spiritual, dakwah, puncak kebahagiaan ketika semua didedikasikan demi keridhaan illahi.

Pendidikan dalam keluarga: Pendidikan dalam keluarga semestinya telah dimulai sejak usia anak dalam kandungan hingga menginjak usia baligh dan memasuki jenjang pernikahan; dan bahkan akan terus berlangsung hingga usia tua. 

Dalam Shahihain dari Abdullah ibnu Mas’ud z, ia berkata, Rasulullah S.A.W telah menceritakan kepada kami, dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan. Beliau bersabda,  

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai setetes mani/nuthfah. Kemudian nuthfah tadi menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari. Lalu diutuslah malaikat kepada janin tersebut dan diitiupkanlah ruh kepadanya. Malaikat lalu diperintah untuk menulis empat perkara: ditulis rezeki si janin, ajalnya, amalnya, dan apakah ia orang yang sengsara ataukah orang yang berbahagia. Maka demi Allah yang tidak ada sesembahan yang patut disembah selain-Nya, sungguh salah seorang dari kalian melakukan amalan ahlul jannah hingga tidaklah antara dia dan surga melainkan tinggal sehasta, namun catatannya telah mendahuluinya (bahwa dia bukanlah ahlul jannah) lalu ia berbuat dengan perbuatan ahlul nar/neraka maka ia pun masuk neraka. Ada pula salah seorang dari kalian melakukan perbuatan ahlul nar hingga tidaklah jarak dia dengan neraka kecuali tinggal sehasta namun catatannya telah mendahuluinya (bahwa dia bukanlah ahlun nar tapi ahlul jannah) maka pada akhirnya ia beramal dengan amalannya ahlul jannah lalu ia pun masuk jannah.”

"Dan Allah mengeluarkan kalinadari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun,  dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur." 
(Q.S An-Nahl : 78)

Ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa panca indra manusia yang pertama kali berfungsi adalah pendengaran.

Setiap anak dilahirkan atas suatu fitrah. Bapak ibunyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi 
(HR. Muslim)

Istri Imran ketika mengandung Maryam, digambarkan dalam Al-Qur'an, mendo'akan putrinya agar menjadi wanita shalehah.

"Ingatlah ketika istri Imran berdo'a, Tuhanku, sungguh aku memohon kepada-Mu, agar anak yang ada dalam kandunganku ini menjadi anak yang shaleh dan berkhidmat." 
( Q.S Ali-Imran: 35)

Besarnya korelasi pengaruh do'a dan harapan Ibu terhadap anak juga telah dibuktikan oleh penelitian, diantaranya oleh Emile Cloue sebagaimana dikutip oleh Wahjoetomo(1997), tentang bagaimana ibu-ibu Spanyol dan Athena dapat melahirkan anak-anak 'pilihan'. Ibu-ibu Spanyol melahirkan anak-anak yang kuat dan tumbuh menjadi prajurit-prajurit ulung karena pada saat kehamilannyamereka sangat berhasrat dan berdoa untuk menyumbangkan ahli-ahli perang dan prajurit pilihan bagi negaranya. Begitupun ibu-ibu Athea melahirkan anak-anak yang cerdas karena berhasrat dan berdoa untuk dapat menyumbangkan ahli-ahli pengetahuan bagi negaranya.

9 Kesalahan Persepsi Dalam Proses Pembelajaran:
  1. Berpusat pada jasmani bukan pada jasmani dan rohani
  2. Berpusat pada kepentingan guru/ortu bukan pada siswa/anak
  3. Berpusat pada target materi bukan pada dinamika kelas
  4. Berpusat pada IQ dan bukan pada MI (Multiple Intelligences)
  5. Berpusat pada naluri dan bukan keahlian mengajar
  6. Berpusat pada tes verbal dan bukan pada pengamatan atau tes beragam
  7. Berpusat pada hasil akhir bukan pada proses dan minat
  8. Berpusat pada tradisi dan buan pada kreativitas
  9. Menjadikan guru/ortu sebagai satu-satunya sumber kebenaran bukan penggali kebenaran.
Mewujudkan ruangan yang menghadirkan 8 kecerdasan dasar: 1. Logis matematis (sediakan lab untuk eksperimen), 2. Visual (letakkan lukisan atau foto di dinding, kalau bisa tidak menyerupai makhluk), 3. Naturalis (letakkan lukisan atau foto alam di dinding), 4. Bahasa (sediakan tempat untuk bercerita atau mendongeng), 5. Kinestetis (sediakan benda-benda 3D sebagai alat bantu/peraga), 6. Musik (perdengarkan lagu dan ajak untuk bernyanyi dan menghafal lagu, bisa juga dengan memperdengarkan tilawah), 7. Antar Pribadi (susun meja melingkar atau duduk melingkar di lantai), 8. Intra Pribadi (adakan sesi untuk tugas mandiri).

Ketidakmampuan guru/ortu dalam mengenal anak (tahap dan proses perkembangan) dan berkomunikasi dengan anak menyumbangkan problem paling besar dalam pendidikan anak dibandingkan dengan problem yang dibawa anak itu sendiri sejak lahir. Penutup, gunakan "bahasa kita", hindari "bahasa kamu".

Mohon maaf bila terdapat kesalahan, mohon ditambahkan atau dikoreksi jika perlu. Silahkan tambahkan referensi yang dapat diakses. Wallaahua'lam bish-showab. Astaghfirullaahial'adzhiim.. Assalamu'alaykum ^_^

0 komentar:

Posting Komentar