Rabu, 22 Juni 2016

Menjadi Orang Tua Ideal

Oke, sesuai dengan janji saya, berikut resume untuk materi ke-2. Lanjutan dari materi 1 (PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA). Juga akan dilanjutkan dengan materi 3 (MENGGALI, MELATIH, DAN MENGEMBANGKAN POTENSI ANAK) (kalau baca lagi ^_^). Mohon maaf sekali lagi, hanya bisa share sedikit, karena keterbatasan ilmu dan pengalaman saya (ups), hehe.

Menjadi Orang Tua Ideal
Oleh: Dra. Hj. Syafdaningsih, M.Pd.

Orang tua ideal itu yang kayak gimana sih? Menjadi ortu ideal: 1. Menyediakan waktu untuk anak, 2. Menghargai anak, 3. Mengerti anak, 4. Menciptakan hubungan yang baik, 5. Memberikan sentuhan/kedekatan fisik dan kontak mata.

Macam-macam pola asuh: (a.) Demokratis: mengembangkan kemampuan anak secara optimal dan berbagi rasa, (b.)Permisif: membiarkan anak untuk berbuat sesukanya, dan ortu tidak mengarahkannya, (c.) Otoriter: bersikap otoriter terhadap kebebasan anak untuk berkembang.

Lantas bagaimana pola asuh yang efektif? Pola asuh yang efektif adalah pola asuh penuh cinta, yakni dinamis, sesuai dengan kebutuhan, disertai perilaku positif ortu, komunikasi efektif, disiplin, dan orang tua harus konsisten. 

Namun, perilaku tiap anak kan beda-beda, jadi gimana? Pahami kepribadian anak! Berikut ini beberapa tipe kepribadian anak:
  • Tipe plegmatis: anak cenderung pendiam meskipun dalam keadaan sakit dia tidak banyak bicara. Anak tipe ini juga lebih banyak jadi pengamat dan bila mengerjakan sesuatu selalu tuntas.Terhadap anak dengan tempramen seperti ini ortu harus lebih proaktif utk mengajak bicara.
  • Tipe sanguisme: Punya banyak teman dan sangat menonjol di lingkungannya, dalam melaksanakan perkerjaannya tidak pernah tuntas katena tipe sanguisme lebih senang bermain. Cirinya adalah cenderung gembira, ceria dan mudah akrab dengan orang lain, easy going, pandai bercerita, tak mudah marah atau sedih, dan memiliki sifat2 positif lainnya. Negatifnya tidak bisa membedakan situasi sehingga dianggap tidak bisa diajak serius.
  • Tipe koleris: anak terlihat gesit, energik dan nyaris tak pernah diam. Memiliki bakat memimpin, tangguh, sekaligus berkemauan keras untuk belajar dan maju. Paling tak suka diatur, punya kemauan sendiri, dan cukup keras.
  • Tipe melankolis: anak sangat sensitif dan berperasaan halus, cenderung pendiam dan tertutup. Namun, ia kurag bisa mengekspresikan perasaannya. Kelebihannya dalam bekerja anak dengan tempramen seperti ini termasuk perfeksionis. Orang tua mesti pandai menjaga perasaannya.
Tipe kepribadian umum dari bentuk tubuh: 1. Endomorph (Pendek dan gemuk, pandai bergaul, santai dan tenang), 2. Mesomorph (Atletis dan tinggi tegap, agresif, tidak mau diam, aktif secara fisik, kemampuan verbal bagus), 3. Ectomorph (yang ini nggak kebaca tulisaannya, nanti kita cari ya, maaf ^_^)

Berikut ini 4 hal yang harus diperhatikan dalam mendidik anak: 1. Al muhafadzoh (memelihara fitrah anak), 2. At Tanmiyah (mengembangkan potensi anak), 3. At Taujih (bersifat mengarahkan), 4. At Tadarruj (secara bertahap).

Metode pendidikan yang dapat dilakukan: Keteladanan, pembiasaan, nasihat/pengarahan, mekanisme kontrol/pengawasan, rewards and punishment.

Tips Mengarahkan: 
  1. Jaga nada bicara
  2. Tegurlah perbuatannya
  3. Hindari menghakimi
  4. Langsung ingatkan
  5. Hindari di depan orang lain
  6. Konsisten
  7. Hindari berlebih-lebihan
  8. Hindari disertai ancaman
  9. Reward.
Gaya komunikasi menyimpang: 

"Tuh, kan tadi Mama bilang juga apa. Enggak denger, sih!" (menyalahkan)
"Sudah, diam, jangan nagis!" (Memerintah)
"Katanya jagoan tapi kok nangis." (mengeritik)
"Nakal sih, enggak bisa diam." (melabel/mencap)
"Coba sini Mama lihat lukanya. Ah, ka gini aja masa sakit." (meremehkan) 
"Adik aja waktu lukanya menganga enggak sampai nangis begitu." (membandingkan) 
"Ya, sudah, besok pasti sembuh." (padahal umumnya 3 hari baru sembuh) (membohongi)
"Sudahlah, jangan dirasa-rasain. Nonton TV sajalah sana. Awas ya kalau lain kali Mama bilang nggak nurut." (mengancam)
"Coba pikir, kenapa sampai terjatuh? Kan kamu enggak dengerin Mama? Kamu dorong-dorongan sama adik? (menganalisa), sambil terus mencacar kesalahan anak.
"Lain kali main dorong-dorogan lagi saja. Kan enak...!" (menyindir)

Silahkan mampir juga  ke beberapa alamat di bawah ini:
Mohon maaf bila terdapat kesalahan, mohon ditambahkan atau dikoreksi jika perlu. Silahkan tambahkan referensi yang dapat diakses. Wallaahua'lam bish-showab. Astaghfirullaahial'adzhiim.. Assalamu'alaykum ^_^

0 komentar:

Posting Komentar